Label

Selasa, 23 April 2013

Planet Baru

NASA Temukan 3 Planet Baru di Zona Layak Huni
Headline
(Foto: nasa.gov)
Oleh: Wahyu Perdana Putera
Teknologi - Jumat, 19 April 2013 | 15:05 WIB
INILAH.COM, California - NASA baru saja menemukan tiga planet baru di zona layak huni dengan ukuran jauh lebih besar dari Bumi.

Dalam pengembangan misinya untuk berburu planet baru yang bisa dihuni manusia pada 2017, NASA menemukan tiga planet baru di zona layak huni yang berada di dua sistem planetari baru.
Penemuan ini dikabarkan NASA pada Kamis, (18/4) dalam situs resminya dari misi Kepler.

Kepler sistem 62 memiliki lima planet yaitu 62b, 62c, 62d, 62e dan 62f. Sedangkan Kepler sistem 69 memiliki dua planet yakni 69b dan 69c.
Dari sini ditemukan Kepler 62e, 62f dan 69c adalah tiga planet yang berada di zona layak huni dan memiliki ukuran jauh lebih besar dari Bumi.

Ketiga planet tersebut memiliki rentang jarak dari matahari tempat planet tersebut mengorbit, dimana suhu permukaan suhunya mungkin cocok untuk keberadaan air yang merupakan indikator dari kehidupan.

Kepler 62f disebut memiliki ukuran 40% lebih besar dari Bumi, mengartikan bahwa ini adalah satu-satunya planet di zona layak huni yang terdekat dengan ukuran dari Bumi kita.

Sedangkan Kepler 62e ukurannya hampir 60% lebih besar dari bumi dan planet ini mengorbit pada sebuah bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dari matahari.

Sementara Kepler 69c memiliki ukuran 70% lebih besar dari bumi dan mengorbit di zona layak huni dari sebuah bintang yang sama dengan matahari.

Para ilmuwan NASA masih harus meneliti lebih lanjut apakah planet ini bisa jadi tempat tinggal alternatif selain Bumi.

Tetapi bagaimanapun, penemuan NASA ini adalah sebuah langkah besar dalam perkembangan kehidupan manusia selanjutnya di masa depan.Perkiraan gambar HD 100546, planet berukuran 2,5 kali matahariTim peneliti internasional yang terdiri dari para astronom, baru-baru ini telah melihat apa yang mereka yakini sebagai peristiwa terbentuknya sebuah planet. Protoplanet yang ditemukan itu seukuran Jupiter, bahkan mungkin dua hingga tiga kali lebih besar.

Protoplanet itu berada di sekitar 335 tahun cahaya Bumi, yang berada di dalam Galaksi Bima Sakti. Posisinya tidak terlalu jauh dari kosmik, sementara Bima Sakti berjarak sekitar 100.000 tahun cahaya.

"Jika temuan ini benar, maka untuk pertama kalinya kami melihat sebuah planet terbentuk," kata Sascha Quanz, kepala penelitian, yang juga seorang astronom dari University ETH Zurich di Swiss, The Wall Street Journal melansir, 5 Maret 2013.

Seperti diketahui, ada dua teori dasar terbentuknya planet. Pertama, butiran debu kecil berputar-putar dan saling berbenturan di sekitar bintang induknya, lalu butiran itu menjadi besar dan lebih besar lagi, kemudian setelah berada di bawah gaya gravitasi, obyek tersebut menjadi padat.

Setelah ratusan ribu tahun, obyek itu terakumulasi dan cukup untuk menjadi sebuah planet. Ini adalah teori yang paling mungkin dari terbentuknya planet di sistem tata surya.

Teori kedua menjelaskan, bahwa ada suatu materi yang mengelilingi sebuah bintang muda, kemudian tertarik oleh gravitasi bintang muda, dan perlahan-lahan bertambah massanya. Secara sederhana, berkumpulnya materi-materi pada suatu tempat, kelak menciptakan sebuah planet dalam waktu beberapa ribu tahun.

Jika apa yang diamati oleh para peneliti adalah benar planet, maka temuan ini menjadi observasi astronomi pertama yang menyaksikan terbentuknya planet.

Protoplanet ini ditemukan peneliti dengan teleskop inframerah resolusi tinggi yang terletak di Gurun Atamaca, Chili. Awalnya, teleskop canggih itu menangkap citra bintang muda yang diberi nama HD 100.546, dan diperkirakan berukuran 2,5 kali matahari.

Perhatian para astronom pun tersedot ke bintang muda itu karena ada sosok yang terlihat datar di sekitarnya. "Ini indikasi yang baik. Mungkin ada sesuatu yang tersembunyi dan terbentuk dari sosok yang tampak datar itu," ujar Quanz.

Belakangan diketahui obyek itu bukanlah bintang muda, melainkan sebuah protoplanet, yang memerlukan puluhan ribu tahun untuk menjadi besar dan padat.

Saat ini, para peneliti masih terus mempelajari dan mengumpulkan bukti-bukti bagaimana protoplanet itu berevolusi.

"Kami masih mencari tahu sifat kimia dari sosok datar itu, yang membantu pembentukan obyek tersebut," kata Quanz.

Para peneliti telah mempublikasikan hasil temuannya di Astrophysical Journal Letters.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar